Persiapan Rumah Tangga

Oleh: Dzulfi Idris
Banyak sekali perceraian yang terjadi, tapi apakah benar itu karena ketidakcocokan diantara suami dan istri? Menurut penulis, terjadinya perceraian dikarenakan persiapan suami dan istri dalam menyelesaikan/ mengelola konflik yang terjadi diantara mereka berdua, oleh karena itu diperlukan persiapan matang yang harus dilakukan oleh suami dan istri sebelum membina sebuah rumah tangga agar lebih bijak dalam menyelesaikan konflik permasalahan.
Yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kehidupan rumah tangga, penulis bagi menjadi dua yaitu lahir dan batin.

1.Lahir
Kesiapan lahir terdiri dari materi dan jasmani:
Materi,Seseorang tidak bisa sukses dalam berumah tangga kalau menikah hanya bermodalkan cinta tanpa ditunjang oleh materi, tetapi ini tidak menjadi hal yang mutlak yang menjadikan orang yang belum mempunyai materi yang cukup tidak bisa menikah, karena Allah telah berjanji dalam hadits rasul, bahwa Allah akan menjadikan kaya orang yang menikah karena ingin menghindari dari perbuatan zina. So, jangan pernah ragu pada janji Allah, kalau memang ingin menghindari zina dan terhindar dari dosa, cepatlah menikah.
Tubuhpun penting, karena salah satu tujuan pernikahan adalah mempunyai keturunan, kalau seandainya suami atau istri mengalami masalah kesehatan baik itu dalam organ reproduksinya atau kesehatannya, akan mengganggu keharmonisan keluarga, karena Rasul sendiri mengatakan dalam haditsnya bahwa kalau memilih istri itu salah satunya kesuburannya. Tetapi itupun bukan menjadi hal yang mutlak, ini hanya bagi yang akan menikah tidak ada salahnya untuk mengecek kesehatannya ke rumah sakit, dan bila memang terjadi masalah bisa langsung ditangani secara dini.
Dan untuk yang sudah menikah, bukan suatu penyelesaian hanya karena salah satu pasangannya tidak dapat menghasilkan anak atau sakit-sakitan dia memutuskan untuk mengambil jalan berpisah/bercerai, karena masih banyak alternatif lain yang bisa digunakan, misalnya mengadopsi anak, menjalani terapi pengobatan, dan lain-lain.
2.Batin
Materi dan tubuhpun tidak cukup, harus dibarengi dengan kesiapan batin yaitu  persiapan ilmu dan mental dalam menghadapinya, karena banyak orang yang siap secara materi ataupun jasmani, tetapi akhirnya pernikahannya mengalami berbagai macam problema dan konflik yang menyebabkan perceraian, Perceraian bukanlah karena ketidak-cocokan atau perselingkuhan, tetapi bagaimana mengelola konflik yang terjadi, konflik merupakan sesuatu yang pasti dialami setiap pasangan suami-istri, tetapi bagaimana bisa dikelola dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadikan konflik itu sebagai pembelajaran supaya bisa lebih bersatu dan harmonis.
Ketidakcocokan terjadi karena kurangnya adaptasi dari masing-masing pasangan yang menyebabkan ketidaknyamanan, dan akhirnya memilih berpisah.
Kita ambil contoh: sang suami berlatar belakang dari kalangan yang menganggap pekerjaan rumah harus dilakukan oleh sang istri sepenuhnya, sedangkan sang istri berlatar belakang dari kalangan tentara dimana sang suami ikut membantu dalam pekerjaan rumah, bahkan mendominasi. Ketika mereka menikah, kedua-duanya kebetulan berkarir diluar rumah untuk membantu ekonomi keluarga, terjadi sebuah konflik dimana sang istri ingin sang suami membantunya bekerja, karena kebetulan dia berkarir sehingga tidak sempat melakukan pekerjaan rumah dengan sempurna, sedangkan sang suami tidak mau melakukannya karena merasa harga dirinya menurun karena membantu pekerjaan rumah sang istri.
Dalam ketidakcocokan mudah saja untuk menjadikannya penyebab perceraian, tetapi dalam konflik ini dapat diambil solusi yang bijak sehingga menjadikannya sebuah batu loncatan untuk lebih harmonis dalam rumah tangga, misalnya sang suami ikut membantu karena rasul sendiri tidak malu untuk menjahit bajunya sendiri dan membantu pekerjaan rumah bersama istri-istrinya, atau kalau memang sulit, bisa menggunakan jasa pembantu agar lebih efisien.
sedangkan perceraian salah satu penyebabnya adalah penyelesaian yang salah dari suatu konflik
Akan penulis jelaskan melalui sebuah contoh, ketika baru menikah suatu pasangan merasakan kebahagiaan, tetapi lama kelamaan sang suami seakan kurang memperhatikan sang istri karena sibuk bekerja. oleh karena itu, ketika sang suami pulang kerumah sang istri ‘menghadiahkan’ wajah cemberut, sikap kurang bersahabat, marah-marah, cerewet, dsb. yang membuat sang suami tidak nyaman dirumah. Kemudian, secara kebetulan ketika sang suami stress dengan sikap istrinya yang selalu marah-marah, dia menyalurkan keluh-kesahnya pada seseorang yang merasa mengerti dan mau mendengarkan keluh-kesahnya terhadap sikap sang istri, yang menjadi masalah adalah biasanya teman curhatnya adalah lawan jenis, mungkin teman kantor, atau teman lama ketika sekolah dulu, lama semakin lama dia berkeluh-kesah dan merasa semakin dimengerti sehingga timbullah perasaan nyaman terhadap lawan jenis tadi dan berlanjutlah terhadap perasaan cinta, dan inilah yang sering terjadi terhadap penyebab perselingkuhan.
Kalau penulis bertanya siapakah yang salah dalam cerita diatas, mungkin kalian akan menjawab:”sang suamilah yang salah karena menyalurkan cintanya pada tempat yang salah”. Akan tetapi, kedua-duanya telah melakukan kesalahan.
Sang istri ketika menyadari dia tidak diperhatikan biasanya selalu diawali ber’negatif thinking’ yaitu perselingkuhan, sehingga dilampiaskan dengan kebencian dan kemarahan pada suami, padahal suaminya sibuk bekerja sehingga kurang perhatian.
Solusi yang bisa diambil adalah melalui jalan diskusi, misalnya bertanya dengan ramah kenapa kurang perhatian? Dan ketika suami menjawab dengan sibuk bekerja, silahkan dipercayai kemudian sampaikan keluh kesah sang istri yang merasa perhatian suami berkurang dengan meminta sang suami agar lebih memperhatikannya walaupun sibuk bekerja, ini akan lebih membuat sang suami mempunyai gambaran yang jelas apa yang harus dilakukan, jangan  terpengaruh dengan ‘negatif thinking’ dengan diserang dengan tuduhan perselingkuhan. Yang ditakutkan adalah sang suami yang memang benar sibuk bekerja karena terus dituduh berselingkuh melakukan pelampiasan dengan ‘merealisasikan’ tuduhan istrinya.
Untuk sang suami, ketika sang istri ber’negatif thinking’ padanya, untuk solusinya: silahkan ajak berdiskusi pada sang istri, silahkan Tanya kenapa bersikap tidak bersahabat? Apa keluh kesahnya? Apa yang diinginkan yang harus sang suami lakukan atau suami rubah agar sang istri tidak malah lagi? Kalau jawabannya karena kurang perhatian, jelaskan apa yang terjadi tentang kesibukan bekerjanya, dan berjanji akan merubah sikapnya dan lebih perhatian pada istri. Bukan melampiaskan kasih sayang pada orang lain.
Kesimpulan dari tulisan ini, yang terpenting dalam mengelola konflik rumah tangga adalah jangan sekali-kali menyelesaikannya dengan emosi atau kepala panas! Selesaikan dengan kepala dingin dan dengan jalan diskusi!
Terlepas dari itu semua, penulis mengakui masih banyak penyebab perceraian atau persiapan-persiapan pernikahan yang belum penulis ketahui dan tulis. Oleh karena itu penulis memohon maaf bagi yang kurang setuju dengan tulisan penulis, karena ini hanya sebuah opini yang didasari pengetahuan penulis yang pastinya menimbulkan adanya yang setuju dan adanya yang tidak, silahkan berikan komentar anda sebagai koreksian bagi penulis. Yang benar berasal dari Allah sedangkan yang salah berasal dari diri penulis. Kepada yang telah membaca tulisan ini penulis ucapkan Syukron, jazakumullah khoiron katsiro.
Share on Google Plus

About dzulfiidris

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment