Sabtu, 16 Januari 2010
Pukul 17.00
Motor yang membawaku dan ayahku telah
melaju di atas jalanan padalarang menuju yayasan Sulton di Bandung,
dengan jalan yang belum teramat pasti karena memang kami belum pernah
kesana.
Pukul 18.00
“Padalarang, Cimahi, Cimindi, Bypass,
ketika ada plang Lapangan tembak lodaya belok kiri cari komp perumahan
cipadung indah dan Tanya yayasan Fatayat NU”, itu isi pesan singkat yang
kubaca dalam hp ketika menanyakan cara menuju kesana, Sayangnya karena
terpaku dengan ‘lodaya’ kami sempat tersasar ke jalan lodaya dan
hilir-mudik dijalan itu, waktu dua jam menjadi terbuang sia-sia, sebuah
pengalaman yang tak kan terlupakan.
Pukul 20.00
Akhirnya kami sampai didepan plang
Lapangan Tembak Lodaya. Kami harus menunggu, karena akan ada yang
menjemput untuk menunjukan jalan, itupun karena kami takut tersasar dan
hp temanku penuh dengan panggilan tak terjawab.
Pukul 20.30
Kami sedang mengikuti Gigon didepan yang
menunjukan jalan ke yayasan Sulton. Kasihan dia, disetiap perempatan dia
berteriak memanggilku karena kami memang tidak mengetahui keberadaan
satu sama lain, kami bisa bertemupun karena aku kebetulan tidak memakai
helm dan menjawab seruannya. Persahabatan memang indah, selalu siap
untuk saling membantu.
Pukul 21.00
Aku tiba di yayasan Fatayat NU, tempat
kami berkumpul. Oh iya, kalian belum tahu ya untuk apa kami berkumpul.
Kami, anggota konsulat priangan angkatan 2008 dari putra dan putri
berencana menghadiri Silaturahmi Nasional Pondok Modern Gontor tanggal
17 Januari 2010, kami sepakat berangkat bersama dari Bandung di Yayasan
Sulton. Sebenarnya bisa saja kita berangkat sendiri-sendiri, tapi itulah
yang ku bilang tadi kawan, persahabatan itu indah, karena persahabatan
itulah kita ingin bersama.
Satu tahun tanpa pertemuan bukanlah waktu
yang sedikit, aku langsung menyalami semua teman seperjuangan ketika di
Gontor dulu, teman ketika sama-sama dihukum ketika anggota, teman
ketika sama-sama sibuk mengurusi perpulangan anggota ketika Panitia
perpulangan, teman ketika sama-sama dimahkamahi senior pengurus
konsulat, teman di saat suka dan duka.
Ada yang sedikit membuatku belum
terbiasa, disana ada kumpulan jilbaber, maklum dari banyak perkumpulan
konsulat yang dihadiri putra-putri baru kali ini bisa menghadiri, secara
lokasi rumah paling jauh dari bandung. Walaupun demikian, ada yang
beberapa sudah dikenal lewat koneksi jarah jauh, istilahnya ‘jauh
lokasinya, tapi tetap dekat komunikasinya’ seperti Fidha, Lola(orang
paling gokil sekonsul), dan Rini. Sedangkan nama-nama baru yang kukenal:
Desti, Susi, Selvi, dan Nisha.
Yang membuatku senang berhadapan dengan
para jilbaber adalah sikap mereka yang sangat bersahabat dan welcome
denganku walaupun baru pertama kenal, berbeda jauh dengan kabar dan
anggapan ketika belajar di Gontor dulu yang mengatakan anak Gontor Putri
itu: sok jual mahal, judes, dan segala anggapan negatif lainnya kalau
kenalan dengan anak Gontor Putra, Salam kenal buat para jilbaber, semoga
kita menjadi sahabat yang baik.
Pukul 23.00
Wajah-wajah disekitarku masih menyiratkan
rasa kantuk yang sangat, menandakan rasa rindu pada bantal dan guling,
tetapi kami harus melawannya untuk berkumpul dan memusyawarahkan
pelaksanaan besok.
Posisi lingkaran dibentuk agar memudahkan
kami bermusyawarah, Zainal dan Sulton membuka musyawarah dan
menjelaskan tentang jumlah mobil, jatah tempat duduk, hingga iuran untuk
setiap orangnya, setelah itu Ukhti Lola sebagai bendahara menjadi orang
yang rajin mengatakan “sudah bayar iuran belum?” pada semua orang,
benar-benar bertanggungjawab ya. Aku sendiri mendapat jatah dengan
Gigon, Kurniawan, Lola, Nisha, dan satu akhwat lagi yang lupa namanya,
hehe, jangan marah ya ukhti.
Zainal menutup musyawarah dengan membaca
alhamdalah, kami segera menyambar bantal masing-masing dan segera
menyambung mimpi yang terputus. Aku sendiri meneruskan obrolan yang
terputus, mumpung lagi kumpul, kapan lagi coba.
Ahad, 17 Januari 2010
Pukul 03.30
Semalaman aku tidak bisa tidur, mungkin
gara-gara keasyikan mengobrol dengan kawan ditambah beberapa teguk kopi,
yang tersisa sekarang hanya aku, Zaenal, dan Arif yang datang pukul
satu tadi.
Ada kejadian yang unik, lucu, dan tak
terlupakan tentang seorang teman akhwat (sengaja tidak disebut namanya,
takut tersinggung, kita sebut saja ‘dia’). Sebelum tidur dia pesan untuk
dibangunkan pukul 03.30 untuk menyiapkan sarapan, ketika itu waktu
telah menunjukan jam yang sama seperti pesannya untuk dibangunkan,
tadinya kita mau mengetok pintu, tapi kasihan kalau bangun semua,
akhirnya zainal berinisiatif untuk miscall hpnya.
Selang beberapa saat setelah dibangunkan, dia keluar dengan baju piama bawahan badlah
coklat dan mata masih berat untuk diangkat, dari sini keadaan masih
wajar, tapi tunggu beberapa saat lagi apa yang dilakukannya.
Dengan santainya dia duduk disamping kami
bertiga, kemudian tidur dengan keadaan sujud untuk mengambil sisa-sisa
mimpinya yang tertinggal, kami hanya bisa tertegun beberapa menit, dan
keadaan itu tidak berlangsung lama sampai dia kembali bangkit dan menuju
kamar mandi untuk cuci muka. Kami hanya bisa tertawa setelah dia pergi,
afwan ukhti kita bukan mau membicarakan kejelekan toh itu juga bukan
perbuatan yang jelek.
Pukul 05.00
Dua mobil telah menunggu di halaman, kamipun
telah siap berangkat setelah sarapan buatan para akhwat, syukron ya
ukhti masakannya lezat, mandi, ganti baju, dan wewangian seadanya.
Jakarta, kami akan datang.
Dan setelah itu akan ada banyak cerita tentang silatnas dan teman-teman yang akan kami temui.
Komputer butut di rumah,
28 April 2010
Agak telat nulisnya ya?
0 comments:
Post a Comment