Oleh: Sofyan Badrie dari majalah gontor edisi Desember 2009
Konflik adalah sebuah keniscayaan. Sayangnya, tidak sedikit
pasangan yang bercerai karena tidak mampu mengelola konflik. Jangan
alergi konflik. Meski terdengar klise, komunikasi adalah kunci utama
mengatasi konflik.
Menurut Umi Mimin Aminah dari lembaga Pelatihan & Konsultasi
Keluarga Cahaya Islam, Bandung, sebuah konflik terjadi akibat adanya
perbedaan di antara pasangan. Pandangan, perilaku, sikap atau gaya
hidup. Kian runcing perbedaan, kian rentan konflik terjadi.
Banyak kasus pasangan berkonflik mencari jalan keluar yang salah.
“Curhat pada lawan jenis; sahabat, teman kantor, chatting di ruang maya.
Suami yang sedang berseberangan dengan istri justru membahagiakan
perempuan lain, yang menyanjungnya,” kata Umi Mimin Aminah.
Pasangan berselingkuh karena ketidakmampuan menyelesaikan konflik
dalam rumah tangga. Lalu bagaimana solusinya? “Komunikasi. Pada keluarga
selingkuh komunikasi sudah tidak jalan. Masing-masing asyik
sendiri-sendiri,” imbuh Umi Mimin. Status masih ada, tapi esensi status
sebagai suami istri sudah tidak ada.
Dalam Islam, pernikahan merupakan sebuah proses “menjadi”. Bukan
sesuatu yang sudah jadi. Setiap pasangan harus paham bahwa ia akan
selalu menemukan hal baru dari pasangannya. Bukan prasangka buruk.
Melainkan iklhlas menerima (kekuarangannya), seperti juga menerima
kelebihan pasangan.
“Jangan alergi dengan konflik. Hadapi dengan smart melalui komunikasi
yang baik, sehingga jurang perbedaan, syakwasangka dan lain sebagainya
tertepis,” saran Umi Mimin Aminah.
Dikisahkan, ujar Umi Mimin, terjadi perselisihan antara Rasulullah
dan istri tercintanya Aisyah, maka Aisyah pun meminta seorang penengah.
Rasulullah berkata, “Bagaimana kalau Abu Bakar Ash-Shiddiq?” Aisyah
menjawab, “Saya setuju. Utuslah seseorang untuk memintanya datang.”
Ketika Abu Bakar datang kepada keduanya, Rasulullah berkata, “Kami
memintamu agar engkau menjadi penengah kami.” Kemudian Nabi menoleh pada
Aisyah dan berkata, “Engku yang telebih dahulu berbicara atau aku?”
Maka Aisyah menjawab, “Engkau yang terlebih dahulu berbicara, tapi
jangan berbicara kecuali yang benar!” Maka Abu Bakar menampar wajahnya
hingga bibirnya berdarah dan berkata, “Apakah Rasulullah pernah
berbicara kecuali kebenaran, wahai orang yang memusuhi dirinya
sendiri!?”
Aisyah mencari perlindungan kepada Rasulullah dan duduk di belakang
punggungnya. Lalu Rasulullah berkata, “Kami tidak mengundangmu untuk
melakukan ini (menampar), dan kami juga tidak ingin engkau berbuat
seperti ini”.
Dr. Zakaria Ibrahim, seorang psikolog, menegaskan bahwa kehidupan
suami istri itu harus diisi dengan rasa kebersamaan, saling mengisi dan
merasa senasib sepenanggungan. Suami istri hendaklah bersama-sama
bersumpah untuk saling setia. Masing-masing harus merasa sebagai bagian
yang lain. Ketulusan dalam berhubungan amat diperlukan. Perasaan, emosi,
pemikiran dan tujuan kehidupan harus merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment