Oleh: Dzulfi Idris
Bagi kaula muda yang baru menikmati
indahnya terjangkiti virus merah jambu, apalagi yang sudah mendapatkan
cinta monyetnya, ataupun yang sudah berumur dewasa yang sudah
mendapatkan cinta gorilla.
Pastinya ketika mereka telah mempunyai
pasangan akan muncul berbagai perasaan selain cinta, salah satunya
perasaan saling memiliki, itu memang harus dimiliki oleh setiap
pasangan, tetapi kalau terlampau berlebihan bisa memunculkan sikap Over Possessive.
Nah yang akan menjadi pembahasan kita dalam tulisan ini, perlukah sikap
over possessive itu diterapkan pada pasangan kita, entah itu bagi
laki-laki ataupun perempuan? Mari kita bahas bersama apa Ciri-ciri,
penyebab, akibat, dan solusi menanganinya.
CIRI-CIRI ORANG POSSESSIVE
Terdapat tiga ciri utama bagi orang-orang
yang terjangkiti sikap over possessive: Mengekang, Otoriter, Sok Kuasa.
Berikut contoh-contohnya dengan nama fiktif.
Mengekang, orang yang
over possessive cenderung untuk mengekang pasangannya dalam
beraktifitas, khususnya aktifitas-aktifitas yang bersentuhan dengan
lawan jenis walaupun dia teman dekatnya atau saudaranya.
Contoh: Si Bunga punya
kekasih namanya si Budi, Sebelum berpacaran dengan si Budi, Bunga sudah
terbiasa untuk kumpul bareng temen dekatnya waktu SMP setiap bulan yang
terdiri dari 2 cowok dan 2 cewek. Karena merasa telah mempunyai kekasih,
akhirnya si Bunga meminta izin terlebih dahulu pada si Budi untuk
pergi, karena si Budi termasuk orang yang over possessive, si Budi
melarang si Bunga untuk hadir bahkan untuk kegiatan-kegiatan lain Bunga.
Otoriter, orang yang
over possessive cenderung untuk memaksakan kehendaknya atau perintahnya
terhadap kekasihnya tanpa sedikitpun toleransi atau mau mengerti tentang
keadaan sang kekasih.
Contoh: Si Bunga merasa ingin refreshing untuk sekedar menyegarkan otak karena kemarin lusa baru saja menyelesaikan Ujian Negara di Sekolahnya, dia berencana refreshing
dengan pergi ke warnet untuk membaca beberapa artikel dan bercengkrama
dengan teman-teman di jejaring social facebook. Karena teringat dengan
Si Budi kekasihnya, dia minta izin terlebih dahulu, tetapi karena si
Budi termasuk orang yang over possessive, si Budi pun kembali melarang
si Bunga karena takut bergaul dengan temen prianya, tanpa mau mengerti
alasan si Bunga yang ingin refreshing setelah bergelut dengan ujian kemarin.
Sok Kuasa, orang yang
over possessive cenderung untuk mengatur kehidupan kekasihnya, dari
mulai hubungan dengan teman, siapa yang boleh dan tidak boleh
menghubungi, siapa yang boleh dan tidak boleh diajak mengobrol, sampai
urusan kecil seperti pakaian atau makanan.
Contoh: Si Budi merasa
resah ketika melihat banyak teman laki-laki Bunga yang begitu akrab
menulis komentar dan status di wallnya Bunga, juga ketika tau bahwa
bunga banyak dihubungi teman laki-lakinya melalui telepon ataupun sms,
padahal bunga hanya berniat untuk menyambung tali silaturahmi dengan
teman-temannya baik itu laki-laki atau perempuan tanpa berniat untuk
mendua. Tetapi Budi tetap menyuruh Bunga untuk mengganti foto profile
dengan wajah lain juga menghapus daftar teman laki-lakinya di facebook,
kemudian mengganti nomor handphonenya dan melarang Bunga untuk
memberitahukan nomor barunya pada siapapun, nomor itu khusus hanya Budi
yang tahu.
PENYEBAB OVER POSSESSIVE
Tidak bisa dipungkiri bahwa yang namanya sikap Over Possessive disebabkan oleh sikap cemburu yang berlebihan
dan rasa takutnya untuk ditinggalkan kekasih. karena sikap cemburu
itulah si bunga dilarang untuk berhubungan dengan lawan jenis walaupun
itu teman dekatnya ataupun saudaranya.
AKIBAT OVER POSSESSIVE
Cinta itu menimbulkan kenyamanan dalam
hati, rasa bahagia, rasa ingin dilindungi dan melindungi,. Tetapi
bagaimana ketika cinta itu menimbulkan rasa terkekang, rasa dipenjara,
dan ketidaknyamanan karena larangan ini dan itu.
Yang akhirnya mengakibatkan sikap mengucilkan diri, tidak pernah bergaul, rendah diri, stress, atau bahkan gila.
Apakah itu yang disebut cinta, kalau hanya membuat pasangan menderita?
Tetapi kebanyakan orang yang over
possessive, walaupun selalu mengekang kekasihnya khususnya dalam bergaul
dengan lawan jenis,mereka tidak membatasi dirinya untuk bergaul dengan
teman lawan jenis mereka, dan berkomunikasi dengan wajar. Sehingga yang
menjadi korban sikap mereka hanya ada di satu pihak saja, sungguh
kasihan yang jadi korban.
SOLUSI MENANGANI OVER POSSESSIVE
Telah disebutkan bahwa yang menyebabkan
over possessive itu adalah rasa cemburu yang berlebihan, lalu apakah
untuk menghilangkan over possessive kita harus menghilangkan rasa
cemburu? Tentu tidak, karena rasa cemburu sesungguhnya tidak dilarang
oleh Rasulullah karena cemburu itu tanda cinta bahkan istri-istri
Rasulullahpun khususnya Aisyah merupakan seorang pencemburu, Betapa
besar cinta ‘Aisyah kepada Rasulullah telah melahirkan begitu banyak
kisah kecemburuan yang menghias kitab sirah dan fiqh rumahtangga, tidak
percaya? Baca kisah ini:
“Belum pernah kutemukan..”, kata ‘Aisyah,
“Seorang yang pandai memasak seperti Shafiyah. la memasak makanan bagi
Rasulullah ketika beliau ada di rumahku. Sebelum Rasulullah memegang
makanan itu, aku merebutnya. Dan karena kecemburuanku yang sangat, maka
makanan dan berikut tempatnya aku banting hingga hancur berantakan…”.
Kemudian aku menyesali perbuatan itu. Kukatakan pada Rasulullah, “Ya
Rasulallah, apakah kafarat atas perbuatan yang kulakukan ini?” Beliau menjawab, “Pinggan diganti pinggan, clan makanan diganti dengan makanan yang sama!”
Bagaimana? Percaya kan. Bahkan banyak
versi atas kisah ini yang memungkinkan analisa bahwa tak hanya sekalidua
‘Aisyah membanting piring. Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan,
makanan buatan salah satu isteri Rasulullah itu hendak digunakan untuk
menjamu para sahabat. Di depan tamu, bayangkan betapa hancur harga diri
saat isteri sendiri membanting jamuan yang akan disuguhkan. Tapi
Rasulullah tetap mulia, tak tampak marah pada siapapun. Beliau hanya
mengatakan: Sesungguhnya ibu kalian sedang cemburu…
Di saat lain, Aisyah menceritakan
pengalamannya. Ketika Rasulullah keluar, ia ikuti beliau karena
cemburu. Nafasnya terengah takut ketahuan menguntit, karena ternyata
beliau SAW pergi ke pekuburan Baqi’.
“Aku pulang ke rumah dengan nafas sesak,
maka aku masuk ke bilik. Tak lama kemudian, Rasul menemuiku dan
bertanya, “Mengapa nafasmu begitu hai ‘Aisyah?”
“Demi Allah, engkau datang ke rumah lalu
membuka baju. Tapi sebelum kau letakkan baju, engkau mengenakannya
kembali. Ini membuat aku sangat cemburu, karena aku menduga engkau pergi
ke rumah isterimu yang lain..”
“Apakah engkau cemburu wahai Aisy?”
“Bagaimanakah orang seperti aku ini tidak cemburu terhadap orang seperti engkau?”
“Wahai Aisy, tampaknya engkau telah kedatangan syaithanmu lagi!”
“Apakah aku ini memang punya syaithan?” “Ya”
“Apakah syaithan itu ada pada setup manusia?” “Ya”
“Juga pada engkau, Ya Rasulallah?”
“Ya, tetapi Rabbku menolongku hingga aku dapat mengalahkannya dan selamat!”
Sungguh indah cerita-cerita kecemburuan
‘Aisyah pada Rasulullah, Kecemburuan memang selalu ada bahkan pada zaman
Rasulullah, Masalahnya bagaimana membuatnya selalu menjadi tanda cinta
yang mencerahkan hari-hari kita, bukannya memurungkan wajah-wajah kita.
Timbul pertanyaan disini,
lalu bagaimanakah cemburu yang
disukai Allah yang menghiasi kecemburuan-kecemburuan istri Rasulullah
dan cemburu yang dibenci Allah?
Perkenankan saya untuk menuliskan sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan An Nasa’i
“Sesungguhnya ada di antara cemburu
yang disukai Allah, dan adapula cemburu yang dibenci Allah. Cemburu yang
disukai Allah adalah cemburu yang disertai keragu-raguan. Sedangkan
cemburu yang dibenci Allah adalah cemburu yang tanpa keraguan lagi.”
Salim A Fillah dalam bukunya ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’ Menjelaskan hadits di atas sebagai berikut:
“Kata keragu-raguan dalam hadits ini berkait dengan tuduhan dan prasangka ketika hati dikuasai cemburu. Allah menyukai kecemburuan yang tuduhannya adalah sebuah keraguan, yang jika kemudian terbukti tidak benar justru akan membuka komunikasi dan kedekatan yang lebih mesra. Lihatlah kembali contoh dalam kisah `Aisyah yang baru saja kita baca. Bukankah `Aisyah dengan keraguan menuduh Rasulullah hendak pergi ke rumah isteri beliau yang lain?
Bukankah keraguan yang mendorong ‘Aisyah untuk melakukan penguntitan? Dan bukankah kecemburuan ini berakhir dengan komunikasi yang mencerahkan hari?
Sebaliknya, Allah benci pada kecemburuan yang tuduhannya menjadi sebuah keyakinan dalam hati. Sudah tak ada lagi keraguan, apalagi asas praduga tak bersalah. Yang ada adalah vonis, pasti
begini dan tentu begitu. Ini yang tidak sehat. Cemburu buta istilahnya.
Buta, karena sudah tertanam dalam hati sebuah keyakinan, lalu tak ada
motivasi untuk menguji, tak ada semangat untuk memperbaiki hubungan, tak
lagi merasa perlu untuk membina komunikasi. Pokoknya sudah yakin tanpa
keraguan, tapi inilah keyakinan yang menghancurkan ikatan.”
Menyambung tulisan Salim A Fillah di atas, saya tergerak untuk menuliskan:
Cemburu butalah yang membuat sikap over
possessive, yang mengakibatkan sikap mengekang, otoriter, dan sok kuasa
karena tertanam dalam hati sebuah keyakinan apabila dia bergaul dengan
lawan jenis akan terjadi perselingkuhan dan berpaling darinya, tanpa ada
semangat untuk menguji, tanpa ada semangat untuk berkomunikasi.
Sebagai penutup, izinkanlah saya untuk
mengucapkan pesan terakhir untuk para laki-laki ataupun perempuan yang
over possessive, bahwa sikap anda adalah bukti dari ketidakpercayaan
terhadap pasangan dan ketidakpercayaan terhadap diri anda sendiri.
0 comments:
Post a Comment