Valentine Days, Hari Kasih Sayang?

Oleh: Dzulfi Idris
“Happy valentine”
“Be my valentine?”
Pasti kata-kata di atas tidak asing lagi bagi kita, apalagi bulan ini adalah bulan Februari yang selalu dikaitkan dengan hal-hal berbau kasih sayang dan cinta. Kalau kita perhatikan segala penjuru berubah warna menjadi merah muda, walaupun tidak ada seorangpun tahu sejak kapan warna ini dianggap sebagai warna kasih sayang. Mall-mall, toko-toko, iklan, dan film-film ditelevisi semua berubah menjadi satu tema yang sama, valentine day.
Manusia telah Allah anugrahkan akal untuk berfikir dan mencari tahu segala hal, selama ini kita selalu melihat setiap tahun perayaan Valentine Day tanpa tahu sejarahnya dan kenapa ada Valentine Day di tanggal 14 Februari.
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Rizki Ridyasmara dengan sangat menarik mengupas secara detail sejarah valentine dalam bukunya ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” berikut kutipannya:
“Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.”
Apabila kita perhatikan beberapa versi di diatas, sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan hari kasih sayang, namun hanya sebagai penghormatan belaka bahkan sebagai hari dimana pendeta dihukum mati(sangat berlawanan dengan perayaannya sebagai hari kasih sayang).
Sekarang bagaimana menurut agama kita, Islam. Dari dalil-dalil Al-Qur’an yang telah terjaga keasliannya selama 14 abad dan Hadits Rasulullah yang telah dibukukan dan dibuat ilmu khusus untuk mempelajarinya menyikapi hari Valentine ini.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat:13).
Sesungguhnya didalam Agama Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas tentang kapan, dimana, atau siapa. Dalam Islam kita saling berkasih sayang kapanpun dari hari senin sampai ahad, januari sampai desember, Islam berkasihsayang bisa dirumah atau luar rumah, Islam berkasihsayang dapat pada adik, kakak, ayah, ibu, paman, bibi, kakek, nenek, dan siapapun selama itu dalam koridor KeIslaman.
Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin)”. HR. Muslim.
Rasulullah SAW bersabda : “Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” (H.R. Bukhari).
Cinta dalam Islam tidaklah hanya sekedar dari memberi coklat atau mengucapkan ‘happy valentine day’ tetapi Cinta dalam arti luas sampai Rasulullah SAW mengumpamakan seperti mencintai diri sendiri.
Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang”, jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat-niat jelek.
Kesimpulannya adalah Islam sama sekali tidak mengajarkan ummatnya untuk memberikan kasih sayang pada waktu tertentu saja atau seseorang saja yang demikian sempit seperti halnya merayakan hari Valentine yang jelas-jelas budaya dari agama penyembah berhala yang kemudian di adopsi oleh agama Kriste, tapi Islam mengajarkan kita bahwa kasih sayang yang lebih luas maknanya, tidak sebatas pada satu hari, tetapi setiap saat. Tidak sebatas pada lawan jenis saja, tetapi pada saudara, keluarga, teman, sahabat. Kasih sayang itu begitu luas, lalu kenapa harus kita persempit?
Selain itu pula dijelaskan dalam perkara mencintai seseorang tidaklah boleh untuk berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka, sebagai etika untuk seorang muslim Rasulullah saw. bersabda : “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu.” (H.R. Turmidzi).
Kalau anda merasa gaul dengan merayakan valentine, anda tak lebih dari sekadar korban kapitalisme yang ingin coklatnya dibeli, hiasannya diburu, dan barang dagangan miliknya yang berhubungan dengan valentine diburu.
Kalau anda merasa modern dengan merayakan valentine, anda tak lebih dari sekedar merayakan warisan orang primitif yang menganggap cinta hanya sebatas nafsu.
Kalau anda merasa menjadi orang bebas dengan merayakan valentine, anda tak lebih dari orang yang sekedar ikut-ikutan layaknya itik yang mengekor pada induknya, sekaranglah saatnya anda menjadi orang bebas dan berkata pada orang-orang sekeliling anda dan pada orang-orang yang berusaha merusak ummat Islam dengan lantang dan pasti
SAY NO TO VALENTINE DAY!!!
Share on Google Plus

About dzulfiidris

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment